aktivitas

Potret Orang Sukses dengan keterbatasan Fisik

Hai para pejuang sukses. Di hari yang cerah ini sangat mendukung untuk berfikir jernih. Apakah kalian sudah memiliki planning untuk kedepannya? Jika belum ayo pikirkan dari sekarang, jangan sampai tidak tahu arah untuk meraih masa depan cerah. Kita juga punya pejuang orang sukses asli indonesia yang bisa dijadikan acuan kita. Dengan segala keterbatasan, mereka berhasil meraih impiannya. Dan kita jangan pernah berputus asa untuk menjadi prang sukes, yang bisa membanggakan keluarga, sahabat, bahkan Indonesia.
Berikut ini adalah orang-orang sukses, yang bisa membangun jiwa kita untuk terus berjuang. Selamat membaca para pejuang sukses…

Habibie Afsyah.

“Kalau Saya yang punya keterbatasan seperti ini saja bisa, Anda pasti bisa! Kemandirian dan kesuksesan adalah kodrat Anda,” Tulis Habibie Afsyah dalam bukunya berjudul “Kelemahanku adalah Kekuatanku untuk Sukses”.

Pria kelahiran Jakarta, 6 Februari 1988 ini menderita penyakit Muscular Dystrophy Progressive tipe Backer yang membuat Habibie harus mengenakan kursi roda sepanjang hidupnya. Menjelang usia satu tahun Bungsu dari delapan bersaudara ini, terdeteksi mengidap kelainan bawaan pada saraf motoriknya. Setelah melewati usia balita, pertumbuhannya terhambat dan mengalami keterbatasan fisik karena saraf-saraf motoriknya rusak. Bahkan ada Dokter yang memprediksi umurnya hanya sampai 25 tahun saja.

Achmad Zulkarnaen

“Hal yang paling konyol itu ketika semua orang memandang saya sebagai penyandang disabilitas. Saya punya cara sendiri untuk beraktivitas”

Pria yang lahir dengan tangan dan kaki yang tak sempurna ini akrab disapa Dzoel. Ia adalah seorang fotografer profesional. Kecakapannya dalam memotret dan mengedit foto tak diragukan lagi. Pria asal Banyuwangi ini mulanya bekerja di warung internet atau warnet yang juga menerima jasa foto. Mulanya, ia menggunakan kamera pinjaman untuk bekerja. Seiring berjalannya waktu, ia bertekad untuk menyicil kamera pribadi demi mengikuti minatnya. Perjalanan karier Dzoel tak selalu mulus. Ia sering menerima perlakuan kurang menyenangkan karena kekurangan fisiknya. Namun, seiring berjalannya waktu, kondisi itu pun berubah. Kini, karya dan kemampuan Dzoel diakui, bahkan ia pun didapuk menjadi pemateri dalam kelas fotografi.

Mulyana

“Kawan saya satu ini seorang atlet disabilitas yang memiliki potensi dan prestasi luar biasa. Ini dibuktikan dari prestasi yang ia dapatkan baik diajang nasional maupun internasional di dunia renang disabilitas,” kata sahabat Mulyana, Aep Saefudin.

Pria asal Desa Jatimekar, Bandung, Jawa Barat, itu terlahir dengan kondisi tidak sempurna, tetapi ia tetap bisa melakukan pekerjaan layaknya orang normal. Ia hanya memiliki satu tangan dan satu kaki itu, namun bisa menorehkan prestasi yang membanggakan.
Ia atlet paralimpik Indonesia cabang renang. Pria berusia 31 tahun itu menarik perhatian setelah merebut medali pada 2011 di ajang Asian Paracamps di Surakarta, Indonesia. Puncak prestasi yang diraihnya ialah meraih dua emas dan satu perak, di ajang Asian Paracamps 2014 di Incheon, Korea Selatan. Tak hanya itu, di ajang tersebut ia juga membukukan rekor dunia di nomor 50 meter gaya kupu-kupu.

Agus Yusuf

“Prinisp saya orang normal bisa, maka saya terpacu, bagaiamana cara saya bisa sama”

Ia terlahir tanpa tangan dan memiliki satu kaki. Keadaan ini bukan menjadi penghalang bagi Agus untuk menimba ilmu. Sikap pantang menyerah itulah yang menjadikan Agus sebagai seniman hebat di nusantara. Agus mengandalkan mulut dan kaki kirinya, dan ia mampu menciptakan karya-karya lukisan yang luar biasa. Bahkan, dengan keandalan melukisnya, Agus bisa pameran dan gratis keliling dunia.
Sejak kecil, Agus sudah terbiasa melukis.
Namun, beberapa tahun terakhir, Agus sudah menguasai aliran realis. Sejumlah lukisan indah mulai dari pemandangan alam, buah-buahan, hingga lukisan foto Presiden Jokowi terpajang di rumah besarnya yang berada di Desa Sidomulyo, Sawahan, Kabupaten Madiun.
Karya lukisan Agus mulai merambah ke luar negeri setelah salah satu tetangganya yang berlangganan majalah datang bertamu ke rumahnya. Tetangganya itu lalu menunjukkan majalah yang memuat tentang Association of Mouth and Foot Painting Artists (AMFPA) dari Swiss, mencari orang yang bisa melukis dengan mulut dan kaki.
Agus tak berpuas diri, ia ingin meningkatkan kualitas melukisnya karena keinginannya untuk mengejar keanggotaan penuh di AMFPA. Keanggotaan AMFPA memiliki tiga tingkatan mulai dari calon, anggota, hingga anggota penuh (full member). Ia pun lalu mengundang beberapa relasinya, yaitu dosen jurusan seni dari Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Negeri Sebelas Maret Solo untuk datang ke rumah membekali pengetahuan tentang melukis.
Lukisan Agus layak untuk bersanding dengan karya pelukis-pelukis difabel seluruh dunia. Dan kini, Agus bersama sembilan pelukis difabel Indonesia yang masuk AMFPA, dan ia terus berkarya setiap harinya.
Meski sudah hidup mapan dengan menjadi anggota AMFPA, Agus masih memiliki satu cita-cita yang diinginkan. Setelah bergelut dalam dunia lukisan hingga puluhan tahun, Agus belum pernah menggelar pameran tunggal hasil karyanya. Padahal, sudah ratusan lukisan tercipta dari hasil karya mulut dan kakinya.

Sangat inspiratif, mereka begitu hebat dalam pencapaian suksesnya. Menjalani usaha yang keras, sehingga mereka dikenal luas. Tidak ada kata terlambat bagi kita yang masih berjuang untuk sukses. Nikmati proses sukses mu.

Salam hangat…

Tinggalkan komentar